Zaman ‘now’, bersepeda motor tidak melulu dari rumah ke kantor saja. Atau dari rumah ke pusat perbelanjaan terdekat. Zaman ‘now’ pula, bepergian ke luar negeri juga tidak melulu Singapura dan Malaysia. Hal tersebut dibuktikan oleh Mario Iroth dan Lilis Handayani, dua orang WNI yang saat ini tengah berekspedisi keliling Afrika melalui jalur darat, bermodal sepeda motor. Tidak tanggung-tanggung, 15 Negara di benua Afrika berhasil dilalui olehnya.
Paspor Indonesia memang semakin diterima di Benua Afrika sana. Namun tidak semua Negara di Benua Afrika memberikan fasilitas kemudahan visa kepada pemegang paspor Republik Indonesia. Seperti apa pengalaman Lilis Handayani dalam mengurus visa Negara-Negara yang dilaluinya?
Mari kita simak satu-per-satu.
1. Afrika Selatan.
Afrika Selatan sampai hari ini belum memberikan fasilitas bebas visa kepada turis asal Indonesia. Hanya saja, pemerintah RI dan Afrika Selatan sudah menandatangani perjanjian bebas visa yang terbatas untuk pemegang paspor diplomatik dan dinas saja. “Kami memohon visa Afrika Selatan di Jakarta. Prosesnya cukup mudah seperti pada umumya. Hanya saja, waktu tunggu yang seharusnya memakan waktu selama 7-14 hari kerja harus saya lalu selama satu bulan”, jelas Lilis Handayani.
Adapaun dokumen persyaratan yang dibutuhkan untuk mengurus visa wisata Afrika Selatan adalah rekening koran dari bank kita menabung, bukti reservasi penginapan, bukti reservasi penerbangan (atau mode transportasi lainnya), dan juga ‘cover letter’ yang notabene adalah surat keterangan mengapa kita ingin memohon visa tersebut.
2. Swaziland.
Dari Afrika Selatan, Lilis Handayani bertolak menuju Swaziland. Seperti Afrika Selatan, Swaziland pun juga tidak bebas visa bagi turis Indonesia. “Kami mengurus visa Swaziland di Pretoria, Afrika Selatan. Kami serahkan formulir yang sudah diisi lengkap, bukti reservasi penginapan, cover letter, dan selesai dalam 2 hari kerja.Saya merogoh kocek sebanyak 80 Rand (mata uang Afrika Selatan) atau sekitar Rp. 80.000,-”.
Jelas Lilis, memohon visa di kota Pretoria tidak bisa dilakukan setiap hari alias hanya 3 kali seminggu saja. Begitu pula untuk pengambilan visa, tidak setiap hari tersedia jadwalnya, hanya 3 kali seminggu.
3. Mozambique.
Negara destinasi selanjutnya adalah Mozambik. Kabar baik bagi turis Indonesia yang ingin berkunjung ke Negeri beribukota Maputo ini. Kita bisa mendapatkan visa-on-arrival (visa-saat-ketibaan). “Untuk Indonesia, visa-on-arrival untuk Mozambik. Di pos perbatasan, petugas akan mengeluarkan secarik kertas dengan biaya dalam Rand dan USD. Saya memilih untuk membayar dalam Rand, sekitar 890 Rand atau setara dengan 75 USD”, jelas Lilis.
Setelah membayar, petugas imigrasi akan menggeser sebuah banner sebagai latar belakang untuk foto yang akan ditampilkan dalam lembaran visa yang akan ditempelkan pada halaman paspor.
“Di Mozambik rata-rata penduduknya berbahasa Portugis, saya berasa seperti berada di Timor Leste. Nah, setelah dari Mozambik kami kembali ke Afrika Selatan untuk kemudian lanjut perjalanan menuju Namibia”, sebut Lilis.
4. Namibia.
WargaNegara Namibia mendapatkan fasilitas bebas visa untuk tujuan wisata di Indonesia. Sayangnya, hal tersebut tidak berlaku sebaliknya. WNI tidak bebas visa ke Namibia.
“Di Afrika Selatan, kami memohon visa Namibia di kota Pretoria. Proses pengurusan visa selesai dalam waktu 2-3 hari. Yang harus diserahkan adalah formulir yang sudah diisi secara lengkap, cover letter yang menjelaskan mengapa kita memohon visa, dan bukti reservasi penginapan. Sebelum menyerahkan dokumen persyaratan kepada perwakilan Namibia di Pretoria, kita harus terlebih dahulu mendapatkan bank draft sebesar 80 Rand untuk biaya pemrosesan visa. Caranya, kita bisa pergi ke ATM setempat yang memiliki fungsi deposito (cash deposit machine/CDM) yang sayangnya tidak banyak berfungsi saat akhir pecan”, jelas Lilis.
“Setelah mendapatkan bank draft tersebut, kami bawa dokumen lainnya ke Kedutaan Namibia. Proses pengecekan keamanan juga cukup ketat. Kita tidak diperkenankan membawa tas atau handphone ke dalam ruang penyerahan dokumen, hanya saja kita bisa menitipkan di tempat penitipan yang disediakan”
Proses pengurusan visa memakan waktu 2-3 hari kerja. Lilis menjelaskan bahwa kita wajib mengontak pihak Kedutaan Namibia untuk mendapatkan status pengurusan visa, apakah sudah selesai atau tidak. Setelah selesai, kita harus membayar biaya sebesar 390 Rand sebelum mendapatkan paspor kembali.
UPDATE: Sekarang ke Namibia sudah bebas visa
5. Botswana.
Negara lain di Benua Afrika yang sampai hari ini belum memberikan fasilitas bebas visa kepada turis Indonesia.
Setelah tiba di Namibia, Lilis mengurus visa wisata Botswana di Windhoek, Ibukota Negara Namibia. Di kota tersebut ia harus menunggu selama 2 minggu untuk proses pengurusan visa karena konon keputusan visa berasal langsung dari Gaborone, Ibukota Botswana.
Adapun syarat pengurusan visa Botswana adalah seperti yang tertera dalam gambar di bawah ini:
“Selama proses ini, paspor tidak akan ditahan kok. Jadi setelah disetujui, kita datang dengan paspor dan mereka akan stempel paspor kita”, tutur Lilis.
6. Zimbabwe.
Selepas Botswana, Lilis melanjutkan perjalanan menuju Zimbabwe.
“Baru kali ini saya mau keluar dari Botswana harus antri lebih dari 3 jam di pos perbatasan dan masuk ke Zimbabwe dengan antrian 3 jam juga. Menurut penduduk setempat, yang paling buruk adalah menjelang hari raya Natal, proses keluar dan masuk itu bisa 9 jam”, papar Lilis.
Untuk turis Indonesia, ke Zimbabwe bisa bermodalkan visa-saat-ketibaan dengan biaya 30 USD untuk sekali kedatangan. Adapun biaya visa tersebut adalah berbeda untuk setiap negaranya.
“Pernah liat daftarnya, buat orang Polandia harus bayar 90 USD. Biasanya, petugas imigrasi akan menerima pembayaran, menyiapkan nota pembayaran kemudian menyiapkan stiker visa yang akan ditempel di paspor”, jelas Lilis.
7. Zambia.
Setelah puas di Zimbabwe, Lilis melanjutkan perjalanan menuju Zambia.
“Rencananya kami ingin lanjutkan perjalanan dari Victoria Falls, namun karena kebutuhan visa, kami harus banting setir dari Harare lalu baru ke Zambia”, ungkap Lilis.
Zambia sendiri sudah menerapkan proses pengurusan visa secara online, sebuah kebijakan yang belakangan ini dikenal dengan istilah e-visa (electronic visa). Adapun proses eVisa Zambia bisa diakses melalui situs resmi berikut: http://evisa.zambiaimmigration.gov.zm.
Kendati tercantum bahwa proses pengurusan adalah 3-4 hari kerja, namun Lilis baru mendapatkan visanya dalam kurun waktu 2 minggu. “Setelah visa Zambia disetujui, nanti akan dikirimkan melalui e-mail dan harus dicetak karena terdapat kode verifikasi yang harus ditunjukkan kepada pihak imigrasi Zambia dan baru kemudian membayar 50 USD. Dan paspor cuma distempel biasa aja tanpa stiker khusus”, lanjut Lilis.
8. Malawi.
Malawi adalah salah satu Negara di Afrika yang ‘ramah’ visa bagi turis asal Indonesia. Dikabarkan sejak tahun 2015, Negara dengan ibuokota Lilongwe ini memberikan fasilitas visa-saat-ketibaan bagi turis dari banyak Negara, termasuk Indonesia.
“Setelah Zambia, kami lanjut ke Malawi yang terkenal dengan danau yang menyerupai laut, bisa snorkeling, bahkan diving! Tak heran di sana danau tersebut sering disebut ‘pantai’’, tutur Lilis.
“Untuk turis Indonesia yang ingin ke Malawi, visa-on-arrival ya, dengan membayar 75 USD. Saya rasa cukup mahal untuk Negara dengan luas wilayah kecil tersebut”
9. Tanzania.
“Setelah dari Malawi, kita lanjut ke Tanzania! Woot! Woot! Gunung Kilimanjaro!”, ujar Lilis.
Tanzania juga tercatat sebagai Negara ‘ramah’ visa bagi Indonesia. Turis Indonesia mendapatkan fasilitas visa-saat-kedatangan yang bisa didapat di pos perbatasan dengan biaya 50 USD. Menurut Lilis, prosesnya pun tergolong cepat tidak sampai 10 menit.
“Untuk ke Gunung Kilimanjaro bisa memulai dari Arusha tapi mayoritas turis memilih untuk memulai dari Moshi. Berbagai pilihan pendakian tersedia untuk menjelajah Kilimanjaro, dari level ‘turis’ sampai level kelas berat”
Tidak sedikit kocek yang harus dirogoh untuk menaklukkan Kilimanjaro. Minimal 1,500 USD!
“Ada teman yang kemarin dapat harga spesial, 1,100 USD, tapi sayangnya dia tidak sampai di puncak. Selama perjalanan di Tanzania, kami seringkali bertemu dengan suku Maasai. Bahkan berjumpa pula dengan ‘young warrior’ alias anak kecil yang setelah khitanan dilepas untuk hidup di luar. Semua badan menjadi sangat gelap sekali karena sinar matahari”, tambah Lilis.
10. Rwanda.
Negara destinasi berikutnya adalah Rwanda. Sebelumnya Lilis juga memiliki rencana ke Burundi namun rencana tersebut dibatalkan karena proses pengurusan visa yang cukup lama (kurang lebih 2 minggu) dengan memakan biaya sebesar 90 USD.
Rwanda memberikan fasilitas bebas visa kepada turis Indonesia sedangkan Burundi tidak. Sebelumnya, Burundi sempat memberikan fasilitas visa-saat-ketibaan bagi turis dari seluruh Negara asing namun kebijakan tersebut dihapus.
“ Kita datang dan kemudian diberi cap tanda masuk di paspor dan bisa menjelajah Rwanda selama 90 hari tanpa visa”, tutur Lilis dengan nada gembira.
“Rwanda menjadi negara favorit kami bukan hanya karena bebas visa, namun Negara ini sangat bersih sekali, sangat sangat bersih sekali. Kalau melihat penduduk sana membersihkan jalanan, saya kagum sekali”.
Lilis menyarankan bagi yang ingin melihat gorila sebaiknya dilakukan di Negara tetangga yaitu Republik Demkoratik Kongo, atau yang biasa disingkat menjadi DRC. Di DRC, biaya petualangan melihat gorila adalah lebih murah dan kita bisa mendapatkan visa di pos perbatasan seharga 102 USD. Selain meliat gorila di DRC, Lilis menuturkan bisa juga mengunjungi gunung berapi yang sangat indah. “Sepertinya film Black Panther menggambarkan wilayah ini sebagai ‘Wakanda’nya”.
11,12. Uganda dan Kenya.
“Dari Rwanda, kami lanjut ke Uganda dan Kenya, ini saya bahas sekaligus ya, karena 3 Negara ini menerapkan visa tunggal bernama ‘East Africa Tourist visa’”, papar Lilis.
‘East Africa Tourist visa’adalah kebijakan visa tunggal yang mencakup Kenya-Rwanda-Uganda. Dengan visa tersebut, kita bisa menjelajah 3 Negara tersebut dalam kurun waktu 3 bulan.
Proses pengurusan visa tunggal “East Africa” juga tergolong mudah. Berhubung Rwanda sudah menerapkan bebas visa bagi WNI, kita bisa memohon visa tunggal tersebut melalui situs https://visas.immigration.go.ug (website Imigrasi Uganda) dengan catatan bahwa Uganda adalah Negara pertama yang ingin kita kunjungi. Namun apabila kita ingin masuk melalui Kenya, maka kita harus memohon visa tersbut dari situs resmi Imigrasi Kenya. Pada situs tersebut akan ada pilihan lokasi di mana kita akan mendapatkan sitker visa.
“Kalau melalui situs Immigrasi Rwanda, ada pilihan ‘pay now’ atau ‘pay later’ alias bisa bayar di pos pertbatasan setibanya kita di sana”, jelas Lilis.
Biaya visa tunggal 3 Negara Afrika Timur tersebut adalah 100 USD dan kita bisa membayar dengan menggunakan kartu kredit yang akan diproses saat mengisi formulir di situs resmi Imigrasi Kenya/Uganda/Rwanda. Adapun proses visa memakan waktu 2 sampai 3 hari kerja.
“Sebenarnya, kalau kita bayar visa per negara (Uganda dan Kenya), kita akan dikenakan biaya sebesar 50 USD per Negara jadi saya rasa visa tunggal ini efektif dan efisien sekali”, tutur Lilis.
“Dan tentu saja stiker visa masih tulisan tangan, ada yang salah pula. Nama belakang saya ditulis ‘Indonesia’”
13. Ethiopia.
Di Kenya, Lilis mengurus permohonan visa Ethiopia. Ethiopia dan Indonesia sampai hari ini belum memiliki kerja sama bebas visa. Di Kenya sendiri, untuk aplikasi visa Ethiopia ada persyaratan bahwa si pemohon harus memiliki status ‘resident’ alias berdomisili di Kenya.
Tidak menyerah, Lilis mengontak pihak KBRI di Nairobi untuk mendapatkan bantuan berupa sebuah surat keterangan. Untuk Negara lainnya, surat ini juga menjadi salah satu syarat untuk aplikasi visa Ethiopia.
“Saya bayar 40 USD per orangnya untuk pengurusan visa Ethiopia. Langsung bayar dan visa langsung selesai”, ungkap Lilis.
Untuk aplikasi visa Ethiopia di Jakarta, tata caranya bisa diakses melalui situs http://ethiopianembassy.id. Dalam situs tersebut, terdapat formulir yang bisa diunduh. Persyaratan adalah seperti pada umumnya. Kalau dokumen lengkap semua, maka pada hari itu juga visa bisa didapat.
“Kalau visa Ethiopia dari Nairobi, kami dapat stiker dengan tulisan tangan, dan saya harus ‘extend’ visa Ethiopia lagi ketika sudah di Addis Ababa”, papar Lilis.
Menurut Lilis, banyak sekali lokasi wisata di Ethiopia yang cantic nan memukau, mulai dari suku Mursi hingga Lalibela. “Satu bulan rasanya tidak cukup”.
“Terima kasih kepada pihak KBRI Addis Ababa yang sudah membantu kami mengurus perpanjangan visa Ethiopia di Addis Ababa”.
14. Sudan.
Sudan adalah Negara di Afrika yang sempat ‘terpecah’, menjadi Sudan dan Sudan Selatan. Kedua Negara tersebut sampai hari ini belum memberikan fasilitas bebas visa bagi turis asal Indonesia.
“Di Addis Ababa, kami mengurus visa Sudan. Disini kami di bantu pihak KBRI Addis Ababa, proses pengurusan visa selesai dalam kurun waktu 3 hari kerja”, sebut Lilis
Untuk pengurusan visa Sudan dari Jakarta sebenarnya bisa saja karena ada perwakilan Sudan di Jakarta. “Kami memilih mengurus visa Sudan di Addis Ababa karena karena saya kurang tahu persyaratan pengurusan visa Sudan di Jakarta dan tidak tahu harus berapa lama menunggu”, jelas Lilis.
Aplikasi visa Sudan di Addis Ababa dikenakan biaya sebesar 68 USD per orangnya.Masa tinggal yang diberikan adalah 30 hari untuk sekali kunjungan saja (single entry).
“Dari Ethiopia kami lanjut ke Sudan setelah ada visa. Sudan di luar ekspektasi kami.Orang-orang di Sudan sangat ramah, mereka tidak akan segan-segan untuk mengundang kita ke rumah mereka untuk istirahat, nge-teh sampai makan!”.
15. Mesir.
Di Khartoum, ibukota Sudan, Lilis mengurus visa Mesir yang pengurusannya dirasa cukup mudah dan singkat. Sebagai catatan, kendati memiliki hubungan yang baik, Mesir tidak memberikan fasilitas kemudahan visa bagi turis asal Indonesia yang ingin sekedar berkunjung ke piramid Giza. Bahkan, proses pengurusan visa Mesir di Indonesia pun banyak dikeluhkan oleh netizen karena Indonesia berada dalam daftar Negara yang harus mendapatkan persetujuan langsung dari otoritas terkait di Mesir.
“Ternyata oh ternyata, Kedutaan Mesir berhubungan dekat dengan pihak KBRI, sehingga proses visa yang biasanya 5 hari menjadi 3hari dan gratis!” tutur Lilis.
“Kalau memohon visa Mesir dari Jakarta langsung ke Kedutaan Mesir saja, katanya perlu waktu satu bulan untuk approval”, jelas Lilis.
Selepas dari Mesir, Lilis dan Mario akan melanjutkan perjalanan menuju Inggris dan kemudian akan melanjutkan petualangannya dengan sepeda motor. Semoga saja, Negara-Negara di Benua Afrika akan semakin terbuka untuk para pemegang paspor Indonesia. Apalagi setelah ada wacana penerbangan Jakarta – Addis Ababa yang rencananya akan dimulai pada bulan Mei 2018. Proses pengurusan visa yang kadang rumit dan berbelit-belit kadang mengurungkan minat wisatawan Indonesia yang ingin berkunjung ke Negara tersebut.
Lilis Handayani akan kembali dengan laporannya berpetualang mengurus visa Inggris, Schengen, dan Rusia dalam waktu dekat ini.
Ikuti perjalanan mereka via:
IG @wheel_story
Twitter @seretransel & @wheel_story
Website: http://www.wheelstoryadv.com
YouTube Channel : Mario Iroth